BADANNYA tampak kekar dan simetris. Otot-otot yang membalut tubuhnya pun tampak begitu keras dan liat. Namun, itu malah membuat tubuhnya semakin indah dan kokoh. 

Wajar jika Taat Pribadi, binaragawan asal Jawa Tengah, berhasil keluar sebagai juara dunia binaraga natural (drug-free bodybuilding world) Musclemania di kota Anaheim, California, AS, 16-21 November lalu. Laki-laki asal Boyolali tersebut menjuarai kelas lightweight (65-75 Kg). Tentu saja, prestasi tersebut sangat membanggakan. Sebab, tidak hanya mengangkat nama Indonesia saja di pentas dunia, tapi juga Jawa Tengah.

Nama Taat Pribadi memang belum banyak dikenal oleh masyarakat. Putra kelima dari tujuh bersaudara pasangan Rohadi dan Sukarti memang kalah populer dibanding Chrisjon, petinju asal Banjarnegara yang menjadi juara dunia kelas bulu WBA. Tak heran, kabar kemenangan Taat di kejuaraan binaraga dunia itu pun tenggelam oleh persiapan Chrisjon dalam menghadapi Jose Cheo Rojas 3 Desember nanti. Padahal, prestai yang ditoreh Taat tidak kalah dari Chrisjon. Mereka sama-sama juara dunia! Hanya saja Chrisjon di tinju dan Taat di binaraga. Kedua-duanya merupakan putra Jawa Tengah.

Sebelum menjuarai Musclemania World, Taat juga keluar sebagai juara Musclemania Asia yang digelar di Kuala Lumpur Malaysia Oktober lalu. Selain itu segudang prestasi tingkat nasional pun berhasil diraih. Sampai-sampai, Taat kesulitan mengingatnya satu per satu. Beberapa prestasi yang diingatnya antara lain juara Pesta Raga 2000, juara Victory 2003, juara ketiga penyisihan Asian Games, meraih perak di PON XVI Palembang, dan lainnya.

Prestasi yang diperoleh Taat di pentas dunia itu, tidak dilalui dengan mudah. Bahkan, laki-laki kelahiran 25 November 1976 itu harus merangkak dari bawah, from zero to hero. Bagaimana tidak? Sejak kecil badannya terbilang kurus kering. Tidak ada bayangan untuk menjadi binaragawan. Saat berumur 19 tahun saja, berat badannya hanya 48 Kg. Kondisi tubuh yang kurus seperti itu, sempat membuatnya mlinder. Namun, lama kelamaan, dia terpacu untuk memperbaiki kondisi tubuhnya dengan latihan angkat beban. Layaknya orang awam dari daerah, barbel pertama yang dipakai untuk latihan terbuat dari kaleng cat yang diisi semen.

''Tidak terbayang untuk menjadi binaragawan saat kecil. Sebab, badan saya terbilang kurus. Namun, agar tidak minder dengan orang, saya pun mulai latihan angkat berat. Tentu saja dengan alat seadanya,'' ujar Taat yang tampak lebih macho dengan kulit hitam dan rambut panjang sebahu.

Pemulung
Latihan angkat berat yang dilakukan dengan alat seadanya itu sempat terhenti beberapa bulan. Sebab, kondisi ekonomi keluarganya yang terbilang pas-pasan, memaksa Taat harus membanting tulang untuk mengadu nasib di Jakarta tahun 1991. Tekadnya hanya satu, mengangkat keluarganya dari jurang kemiskinan. Namun, dengan hanya berbekal ijazah SD saja, pekerjaan pun tetap sulit didapat. Maklum saja, dari segi pendidikan, Taat kurang sukses. Pendidikannya hanya sampai SMP. Itu pun putus di tengah jalan karena kesulitan biaya. Tak heran, di Jakarta pun dia sempat terkatung-katung dan terlantar karena tidak punya saudara atau teman.

Beruntung, ada orang asal Solo yang menolongnya. Dan, dia pun ikut bekerja pada orang tersebut, yaitu sebagai pemulung! Hari-harinya yang keras di Jakarta dilalui dari kampung ke kampung, dari bawah jembatan ke jembatan lainnya. Bahkan, tak jarang dia tidur di atas gerobak kesayangannya di bawah jembatan atau jalan layang. Meski berat, pekerjaan itu tetap dilakukannya dengan tekun. Sebab, dia ingin mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya agar bisa kembali ke rumah orang tuanya. Kehidupan keras yang dilaluinya selama tujuh bulan itu akhirnya membuahkan hasil. Uang yang sudah terkumpul dipakai untuk pulang ke Boyolali, kembali ke orang tuanya.

''Kehidupan yang saya lalui memang sangat keras. Bahkan, Ade Rai pun sempat menjuluki saya Raja Pemulung. Sebab, dulu saya pernah menjadi pemulung saat di Jakarta,'' katanya sambil tersenyum mencoba mengingat-ingat masal lalu yang kelam itu.

Ditentang Keluarga
Selepas dari Jakarta, kegiatan angkat berat dan binaraga pun kembali ditekuni, bahkan semakin diseriusi. Sebab, olahraga itu dianggap yang paling berpeluang untuk bisa mengangkat ekonomi keluarganya. Hal itu terinspirasi dari kesuksesan Ade Rai menjadi binaragawan nomor satu Indonesia. Kepopuleran Ade Rai pun turut memotivasi Taat untuk berlatih lebih keras membentuk tubuhnya agar semakin kokoh, kekar dan indah.

Tempat fitness dan alat-alatnya pun mulai dikenalnya. Dari tempat fitness yang satu ke tempat fitness yang lain, Taat berlatih keras untuk membentuk tubuhnya. Kadang, jika tidak punya uang untuk membayar iuran bulanan, dia numpang latihan di tempat fitness yang sudah dikenalnya. Namun, karena tidak diimbangi dengan makanan yang mengandung gizi dan protein tinggi, Taat pun sempat terkena sakit tipus selama tiga bulan. Hal itu membuat keluarganya sempat melarang Taat menekuni olah raga angkat berat atau binaraga. Sebab, menurut mereka olah raga tersebut memboroskan uang. Selain untuk membayar iuran bulanan di tempat fitness, makanan yang harus dikonsumsi pun harus banyak dan bergizi. Semuanya memerlukan uang yang tidak sedikit. Namun, hal itu tidak menyurutkan tekad Taat untuk berlatih keras setelah sembuh.

''Saya sempat ditentang keluarga dalam mendalami olah raga binaraga ini. Sebab, pengeluarannya sangat banyak. Bayangkan, setiap hari saya harus makan makanan yang berprotein sebanyak 3 kg, baik daging ayam, sapi, atau putih telor. Namun, saya tetap nekad,'' terangnya.

Juara Dunia
Usaha dan latihan keras tersebut ternyata membuahkan hasil. Buktinya, saat kali pertama mengikuti kejuaraan binaraga tingkat nasional di ajang Pesta Raga tahun 2000 di Jakarta, Taat langsung menyabet juara. Momen tersebut tidak bisa dilupakan begitu saja oleh Taat. Sebab, di kejuaraan itulah namanya mulai melambung, dikenal dan diperhitungkan oleh binaragawan dari daerah lain.

Di ajang Pesta Raga itulah kariernya mulai menanjak. Apalagi setelah mengenal Yudhan, binaragawan Jateng yang saat ini menjadi manajer Taat. Latihannya lebih teratur dan terprogram, mutu makanannya pun terjaga baik, dan hidupnya lebih bersinar. Latihan sehari-hari pun dilakukannya selama satu sampai dua jam dua kali sehari. Namun, jika menjelang kejuaraan, latihan ditingkatkan menjadi empat kali, pagi siang, sore dan malam.

Khusus menghadapi kejuaraan dunia binaraga Muscle Mania World di California, Taat latihan hingga pukul 24.00. Hal itu demi meraih prestasi terbaik, yaitu juara guna mengharumkan nama bangsa dan negara serta daerah Jawa Tengah. Impian itu akhirnya jadi kenyataan juga. Taat menjadi juara dunia di kelas lightweight Muscle Mania World!

''Saya tidak menyangka bisa menjadi juara dunia. Ini seperti dream, came true, mimpi yang jadi kenyataan. Namun, itu juga berkat dukungan Pak Mardiyanto (Gubernur Jateng), Mas Kukrit (Kukrit Suryowicaksono, Direktur Suara Merdeka), dan semua pihak,'' tegas Taat yang tidak besar kepala dengan keberhasilannya itu. Dia tetap pendiam, ramah dan murah senyum kepada semua orang.

Ya, mimpi Taat sekarang memang jadi kenyataan. Dengan menjadi juara dunia binaraga, dia mampu mengangkat harkat dan martabat keluarganya. Keinginan untuk populer seperti Ade Rai pun sudah di depan mata. Dan, yang pasti, terbang ke luar negeri yang menjadi impiannya sejak kecil, bakal sering dilakukannya. Ya dream came true.