Sebuah studi mengungkapkan bahwa diet tinggi polifenol dapat membantu mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kronis seperti stroke dan penyakit jantung sebanyak 30% pada orang dewasa dan orang tua.

Diet Tinggi Polifenol Baik Untuk Hidup Lebih Lama Diet Tinggi Polifenol Baik Untuk Hidup Lebih Sehat!

Polifenol adalah senyawa zat kimia alami yang banyak ditemukan pada buah-buahan dan sayuran dan berperan untuk memberikan warna pada kulit dan daun.
Buah dan sayur yang banyak mengandung akan polifenol antara lain kopi, teh, dan kacang-kacangan, adapun bagian yang memiliki kadar polifenol tinggi terdapat pada kulit buah apel, anggur, dan jeruk.
Menurut para peneliti, senyawa polifenol memiliki manfaat sebagai antioksidan, anti-inflamasi, mencegah kanker dan mencegah risiko penyakit jantung.
Para peneliti yang tergabung dalam The Biomarkers and Nutritional & Food Metabolomics Research Group di Universitat de Barcelona, Spanyol, menganalisa data penelitian yang telah dilakukan selama 12 tahun oleh para peneliti di Italia yang melibatkan 807 pria dan wanita pada usia 65 tahun.
Kemudian para peneliti menganalisa pengaruh diet kaya polifenol melalui suatu biomarker gizi atau Total Urinary Polyphenol (TUP) sebagai ukuran jumlah asupan gizi yang dimakan.
Hasilnya para peneliti menemukan bahwa angka kematian secara keseluruhan berkurang sebesar 30% pada peserta yang melakukan diet tinggi polifenol (> 650 mg per hari), dibandingkan dengan peserta yang memiliki asupan rendah polifenol (< 500 mg per hari).
“Hasil penelitian menguatkan bukti ilmiah yang menunjukan bahwa orang yang mengkonsumsi diet buah dan sayuran memiliki risiko yang lebih rendah dari beberapa penyakit kronis dan kematian secara keseluruhan,” kata Raúl Zamora Ros, penulis utama penelitian dari Institut d’Investigació Biomèdica de Bellvitge (IDIBELL), Barcelona, Spanyol.
Sementara Profesor Cristina Andrés Lacueva, kepala Biomarkers and Nutritional & Food Metabolomics Research Group di Universitat de Barcelona, dan yang bertanggung jawab pada penelitian ini menjelaskan, “Pengembangan dan penggunaan biomarker gizi memungkinkan kita untuk membuat estimasi yang lebih tepat dan lebih obyektif agar bisa menentukan nilai asupan gizi dari makanan,” jelas Lacueva, seperti yang dikutip dari Science Daily, beberapa waktu lalu.